Beberapa waktu yang lalu Bapak Presiden Jokowi
menyatakan akan membangun rel kereta yang membentang disepanjang Papua dengan
tujuan meningkatkan mobilitas barang, orang dan jasa bisa di Papua, sehingga
harga barang dan jasa bisa menurun. Adapun biaya yang diperluhkan untuk membangun
rel kereta tersebut sebanyak 360 triliun rupiah lebih. Program tersebut baik,
tetapi sebagai mahasiswa Papua yang lebih memahami seluk beluk, keadaan dan
informasi Papua, saya menolak program Jokowi itu.
Adapun alasan saya menolak adalah:
Saya melihat di Papua hal-hal vital seperti jalan
raya, listrik, pendidikan dan kesehatan belum terpenuhi merata dan maksimal,
sehingga alangkah baiknya Pak Jokowi focus dulu mengatasi hal-hal vital
tersebut.
Misalnya, membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air. Di Papua
terdapat banyak sekali sungai-sungai yang berpotensial tinggi, seperti sungai
Mamberamo, Kemabu dan lain sebagainya. Selama ini listrik di seluruh Papua
memakai energy diesel, termasuk wilayah-wilayah pengunungan pun yang bahan
bakarnya harus diangkut dengan pesawat terbang, harga yang harus dibayar untuk
sebuah listrik menjadi sangat mahal disana, padahal kalau sungai-sungai
dimanfaatkan untuk menjadi pembangkit listrik, saya kira akan berbeda dan jauh lebih
maju karena listrik merupakan modal dasar segala kemajuan di era modern ini.
Selain itu, wilayah-wilayah di Papua belum semuanya
terhubung dengan jalan raya, dan jalan-jalan yang ada pun masih banyak yang
belum diaspal. Saya kira perkara jalan raya saja belum beres, jangan langsung
mau membangun rel kereta yang merupakan perkara lebih sulit, apalagi wilayah
disana gunung-gunung.
Disamping itu, jumlah sekolah dan rumah sakit di Papua
sangatlah rendah dengan kualitas yang juga sangat rendah. Perbaikan mutu dan
penambahan jumlah rumah sakit dan sekolah ini
harus menjadi perhatian utama Presiden karena apalah guna semua
prasarana itu jika sumber daya manusianya tidak dibangun terlebih dahulu.
Kalau model pembangunannya seperti yang direncanakan
Jokowi, maka sudah pasti akan mempermudah banyak orang luar berdatangan mencari
untung di Papua dan menikmati semua sarana prasarana, sementara masyarakat asli
masih bingung dengan apa yang terjadi karena mereka belum siap menerima semua
kemajuan itu.
Solusi dari saya bagi Bapak Presiden Jokowi adalah perbaiki
dulu sector vital barulah yang sekunder menyusul. Thx
