IQ rata-rata negara (worlddata.info)
IQ menjadi penentu dalam persaingan abad ini, hasil uji IQ rata rata negara menunjukkan bahwa IQ tertinggi dipegang negara oriental seperti Hongkong, China, Korea, Singapura dan Jepang dengan rata-rata IQ 108. Urutan kedua, bangsa Skandavia di Eropa Utara, juga masuk Yahudi. Sementara rata rata negara Afrika menduduki IQ rata-rata terendah sampai beberapa negara yang sangat tertinggal mau masuk kategori mental retarded seperti Equator Guenial IQ rata rata 56. Dari sinilah muncul hipotesa bahwa etnis mempunyai korelasi dengan IQ. Sebuah kebetulan yg cocok.
Untuk Papua sendiri kita tidak bisa samakan dengan rata-rata IQ negara Indonesia karena Indonesia karena sangat dipengaruhi suku Indonesia yang lain dan Papua sangat minoritas. Jadi karena belum ada data khusus IQ rata-rata orang Papua, kita samakan saja dengan saudara kembarnya, yakni Papua Nugini. IQ rata-rata Indonesia menurut worlddata.info adalah IQ 84, Papua Nugini 83, tidak jauh-jauh amat dengan Jakarta.
Lalu mengapa Jayapura tertinggal jauh dari pada Surabaya atau Jakarta? Barangkali karena di sana banyak keturunan Oriental/China di sana, apalagi kita tahu bahwa sebagaian besar pengusaha dan orang terkaya di Indonesia berasal dari keturunan China. Tetapi, apa iya?
Gagasan ini memang telah menjadi bahan penelitian para psikolog dan saintis, namun memasuki abad 21 sudah dianggap tabuh dan banyak juga debunked-nya.
Tetapi bagaimana jika kita dengan akibatnya mencari penyebabnya. Kita pakai pandangan umum saja. Negara ras oriental Mongoloid berkembang pesat, Eropa juga maju, timur tengah juga, tetapi tidak dengan Afrika.
Memang score IQ rata rata menyatakan demikian, tetapi jika bukan berhubungan dengan ras, lalu apa jawabannya??
Kita tahu bahwa IQ memang berpengaruh pada kemajuan suatu negara, tetapi jika bukan IQ, apa penyebab lainnya? Atau jika IQ hanya pendukung, alias IQ justru ikut terbangun bersama kemajuan, apa penyebab utamanya, penyebab yang sangat teknis.
Misalkan manusia adalah sebuah mobi, sopir adalah otak, mesin adalah fisik tubuh mulai dari kaki sampai kepala termasuk struktur fisik otak, maka negara adalah jalan karena di jalan yang baik kendaraan bisa berjalan lancar, begitu pun negara, negara yang stabil menghasilkan kemajuaan yang lebih baik. Apakah karena ukuran otak dan sel-sel fisik adalah hasil gen keturunan maka begitupun dengan IQ?
Jika kita membaca sejarah panjang negara-negara dunia, dahulu negara maju zaman kuno terletak di Afrika seperti Mesir, pernah Mongolia menjadi negara penguasa dunia tetapi sekarang menjadi satu satunya negara oriental yang ketinggalan, Babilonia kini menjadi Iran dan Iraq yang tak maju-maju amat. Dengan fakta itu, kemajuan IQ bukanlah penyebab signifikan. Lalu apa? Berikut analisa berdasarkan perbandingan antara kehidupan keturunan China, Jawa dan Papua. Berikut beberapa hal yang saya kira berakibat langsung pada rendahnya IQ negara negara kulit hitam.
1. Isolasi/ Kesukuan
Kulit hitam terkenal dengan kehidupan kesukuannya, sampe sampe di Papua dikenal kepala suku atau Ondoafi. Orang kulit hitam hidup nyaman dengan apa adanya keadaan alamiah, terisolasi. Dengan kesukuan itu, kesatuan tak ada, saling mempengaruhi dan seleksi budaya tidak terjadi akhirnya tidak terjadi sosial upgrade. Apa yang ada dan sudah ada itulah yang terus meneruskan diteruskan bagai kodok dalam tempurun. Ini berbeda dengan bangsa maju yang terus menerus dinamis dan mengalami perubahan-perubahan.
2. Tak Berjiwa Kolonial
Orang berkulit hitam dalam kesukuannya tak begitu mengenal sistem politik dan kekuasaan, mereka cenderung hidup anarkis, tak ada penguasa tak ada aturan, aturannya adalah norma budaya turun temurun, bukan ditentukan oleh penguasa politik, karena memang sistem politik tidak mendarah daging. Tak ada inisiatif satu suku untuk ekspansi wilayah, menyebar kekuasaan. Jika saja ada yang bernisisiatif menguasai suku lain, tentu ada Perkembangan karena dalam kekuasaan ada seleksi budaya, ada keteraturan dan ada arah masa depan juga banyak orang akan disatukan. Dimana kita tahu juga dalam ayat alkitab bahwa kejayaan Babel ada karena kesatuan semua suku bangsa . Ketika suku bangsa terpecah bela, semua memulai dari nol, dan dimana ada kepemimpinan disitu kemajuan.
3. Unsur Mistik Tinggi
Jika di dunia barat, para penyihir sudah dibantai ratusan tahun silam oleh penguasa Khatolik, di dunia kulit hitam unsut mistik masih tinggi. Ketika orang sakit, tidak dicarikan obat tetapi kaitkan dengan kerja roh jahat. Akhirnya tak ada analisa sains, atau kritisme pikiran. Kepercayan yang tinggi pada mistik menumpulkan daya sains padahal sains adalah roh dari kemajuan itu sendiri.
Lalu sekarang dengan adanya agama, masih banyak yang memperlakukan Tuhan seperti adat istiadat atau agama adat/mistik, padahal agama barat seperti Kristen sangat menjunjung kritis dan hidup beradaptasi dengan nilai-nilai inti sebagai pedoman, sementara negara barat berusaha terus meningkatkan pelayanan kesehatan, sains dan teknologi, kita justru berharap mendapat segala secara instan dalam agama. Iman tanpa perbuatan adalah sia-sia demikian kutipan kitab Ibrani, artinya iman akan kemajuan dan kesehatan harus diwujudkan dengan perbuatan yakni pelayanan kesehatan, tidak KKN dan paling penting adalah pendidikan generasi muda sampai setinggi-tingginya.
4. Gaya Hidup Sosial Tinggi/ Fokusnya Pada Komunitas, Kurang Terhadap Keluarga
Orang hitam memiliki gaya hidup seperti Yesus, yang lebih asyik hidup berkelompok bersama 12 orang terdekat daripada hidup seorang diri mengejar keinginan sendiri. Hidupnya sehari hari berkelompok, tidak fokus pada keluarga, anak dan istri. Kita tahu hal ini sangat berbeda dengan orang orang kulit putih yang berfokus pada keluarga, dalam hal ini yang dimaksud adalah anak istri atau orang tua dan saudara kandung. Orang-orang non hitam cenderung sibuk mengurusi keluarganya masing masing, tetapi orang hitam/Papua sibuk mengurusi masalah keponakan, sepupu, paman, kawan, saudara semarga bahkan orang lain. Di saat ketika masalah tidak ada, sang bapa sibuk dengan kesenangannya sendiri, waktu untuk mengarahkan anak dan istri jadi tidak efektif, hasilnya anak dibesarkan dan dididik penuh oleh lingkungan, yang seharusnya tanggungjawab Ayah. Hal hal ini menjadi budaya dan menjadi kebudayaan turun temurun yang menjadi virus yang dengan cepat menghancurkan generasi.
Sebagai kepala keluarga, sang suami berperan besar, tetapi karena anak pada masa pertumbuhannya lebih banyak waktu dihabiskan dengan sang ibu, maka pendidikan dan latar belakang ibu akan sangat menentukan, tetapi semua itu harus didukung dengan sedikit komposisi individualisme, artinya jangan dalam satu rumah menampung banyak orang, atau banyak keluarga di bawah satu atap. Biarlah masing-masing mencukupkan makan minum dalam keluarganya, dan anak lebih betah di rumah.
Sehingga kesimpulannya adalah jika ingin generasi penerus kulit hitam (khususnya Papua) kita ber IQ tinggi dan berkembang maju lakukan hal berikut :
1. Buka diri, lepaskan identitas kesukuaan, hidup terbuka terhadap nilai-nilai baru. Dalam istilah Yesus " menyangkal diri", beranilah untuk menyangkal Dan meninggalkan budaya budaya yang kita tahu berakibat buruk atau negatif. Jangan terus kaku pada budaya turun temurun, bila perlu setiap suku wajib memiliki lembanga suku yang bertanggungjawab menentukan apa yang layak dipertahankan, atau diganti dalam empat kebiasaan budaya kesukuan itu sendiri.
2. Berjiwa sedikit kolonial, artinya lakukanlah perintah Tuhan di kitab kejadian, taklukkan apa yang baik untuk ditaklukkan. Misalnya dengan cara melibatkan diri dalam organisasi-organisasi entah politik, agama, ekonomi dan sosial. Bahkan bentuklh organisasi sendiri dengan visi misi sendiri. Punya ambisi untuk maju dan berada di posisi atas, jangan puas dan kenyang dengan posisi yang ada. Tetapi ucapan syukur wajib menyertai.
3. Hindari unsur mistik, jangan ke dukun, atau melakukan ibadah ibadah adat yang terkait dengan roh roh alam. Fokus dan carilah Tuhan yang Esa. Tetapi dalam kehidupan sadarlah bahwa kita manusia dan hidup dalam alam yang sains bekerja setiap hari, tidak sedikit sedikit kaitkan dengan unsur mistik.
4. Fokus pada keluarga, komunitas itu nomor 2 atau 7, terserah anda. Tetapi utamakan keluarga, jadikan anak istri atau suami sahabat terbaik. Fokus dan perhatikan perkembangan mereka
Demikian hal-hal yang berpengaruh signifikan terhadap kemajuan suatu bangsa, kehidupan bangsa memang sangat kompleks, tetapi jika setiap individu dalam sebuah negara berinisiatif untuk berubah lebih baik maka kemajuan akan ada di depan mata. Sel yang sehat menghasilkan tubuh yang sehat pula, setiap individu manusia adalah sel-sel negara, sehingga tulisan ini memang ditulis untuk level sel. Ketika berbicara sel/individu, pil paling manjur adalah pendidikan dan kebudayaan sosial sehingga kita berharap pendidikan dan kebudayaan sosial di Papua bisa dibenahi atau diupgrade. Sekian
