ASAL USUL SUKU-SUKU PAPUA (SEM, HAM ATAU YAFET?) : ANGKA KEMATIAN (ANAK MUDA) TERLALU TINGGI, KUTUKANKAH?

Di hari yang tak diduga-duga, seorang abang meninggal dunia. Memang kematian datang tiba-tiba tetapi tidak se-mengangetkan seperti ini. Kalau yang meninggal orang yang sudah sakit-sakitan lama, masih dalam prediksi 50% 50% peluang. Tetapi tidak untuk seorang pemuda kuat, yang juga tidak mabuk. Sakit hati karena kejadian seperti ini hal yang sudah biasa di kalangan orang Papua.

Banyak kematian di Papua yang terjadi saat peluang hidup 98% dan peluang kematian 2%, bagaimana bisa 2% bisa menang besar. Bukannya kita bodoh bodoh tentang kesehatan atau rumah sakit kita terlalu buruk. Jika berpikir hal-hal yang logis, saya kira gaya hidup orang Papua lebih baik, apalagi konsumsi makanannya masih alamiah, banyak gerak fisik, ya bandingkan dengan mohon maaf banyak pemulung atau orang yang hidup di lingkungan kotor seperti Jakarta atau India dengan jumlah penduduk dan harapan hidup yang sangat tinggi.

Tentu pembaca mempunyai pandangan-pandangan sendiri, tetapi logika saya tidak puas dengan semua penjelasan sains. Rumah sakit, pelayanan kesehatan, kebersihan, gaya hidup semua itu bukan alasan yang cukup kuat untuk menjelaskan tingginya angka kematian di Papua ini.

Saya mencoba mencari jawaban dari persfektif lain. Barangkali persfektif tradisional, China, India, atau Jawa, mereka yang memiliki jumlah penduduk sangat tinggi dengan angka harapan hidup tinggi, mereka yang sudah berhasil menjalankan hidup yang lebih baik.

Pada tulisan ini, saya mencoba mencari alasan spirtual atau religius. Tentu sebagai seorang manusia, kita meyakini bahwa di atas kita masih ada kuasa yang melampaui akal kita. Bagi yang tidak mempercayai keberadaan Yang Maha Kuasa, saya tidak berdebat di sini, tetapi ini adalah sudut pandang yang lain.

Pertanyaannya! Adakah kutuk yang menyebabkan Papua memiliki banyak suku namun popolasinya sangat rendah?

Suku-suku yang mendiami tanah Papua disebut orang Papua, sangat beragam memang. Bagi orang luar nampak sama semua, tetapi sebenarnya setiap suku memiliki ciri-ciri sendiri sehingga mudah dibedakan satu sama lain.

Nampaknya kutukan ini sudah berlangsung sangat lama, entah apa dosa nenek moyang kita. Suku bangsa lain sudah mencapai angka puluhan bahkan ratusan juta, kita di Papua baru mencapai angka 2 jutaan, itu juga ditambah dengan pendatang-pendatang non-Papua.

Jadi kita akan mencari informasi tentang asal usul orang Papua dahulu.

Semua bermula dari air Bah Nuh. Kita mengetahui kisah nabi Nuh, ketika Tuhan menenggelamkan bumi dengan air Bah, Tuhan menyelamatkan hanya keluarga Nuh, dan kita semua berasal dari salah satu antara Sem, Ham dan Yafet. Papua keturunan siapa?

Banyak akademisi, peneliti dan ahli-ahli kitab sudah menyimpulkan bahwa orang hitam adalah keturunan dari Ham. Jadi langsung bisa disimpulkan bahwa Papua adalah juga keturunan Ham. Ham memiliki beberapa anak, Kejadian 10 : 6, Keturunan Ham ialah Kush, Misraim, Put dan Kanaan. Kush adalah Ethiopia, Misraim adalah Mesir kuno kemungkinan Sudan hari ini. 

Dalam kitab Orang Jujur atau Jasher (baca tentang Jasher disini), kitab Jasher merupakan kitab sejarah Israel sama hal dengan kitab Musa. Kitab Jasher dikutip oleh Yosua dan Nabi Samuel juga. 

Jasher menjelaskan secara detail tentang kaum-kaum yang terlibat dalam pembangunan menara Babel yang mengakibatkan kekacauan bahasa. Jasher 9:21 tertulis : Seluruh pemuka NImrod dan para pembesarnya bersepakat bersama-sama; Put, Mizraim, Kush dan Kanaan dengan kaum keluarganya, dan mereka berkata satu sama lain" Marilah kita bangun bagi kita sebuah kota dan di dalamnya sebuah menara yang kuat, yang puncaknya mencapai surga. Dan kita akan menjadikan diri kita termashyur, supaya kita dapat memerintah atas seluruh bumi, supaya kejahatan musuh-musuh kita berhenti terhadap kita, supaya kita dapat menguasai mereka dengan kuat, dan supaya kita tidak tercerai-berai ke seluruh bumi karena peperangan dengan mereka."

Jadi ternyata menara Babel dibangun oleh kaum keturunan Ham, kaum keturunan berkulit hitam. Anda bisa mengunduh kitab Jasher dan membacanya.

Mereka yang hendak membangun menara Babel terdiri dari 3 kelompok, masing-masing memiliki misi berbeda, kelompok pertama berkata " Kita akan naik ke surga dan melayani ilah-ilah kita", kelompok kedua berkata " kita akan memukul surga dengan anak panah", dan kelompok terakhir berkata, "kita akan naik ke surga dan berperang melawan Dia."

Setelah Tuhan mengacaukan bahasa mereka, Tuhan memberi  hukuman setiap kelompok sesuai dosa mereka. Kelompok pertama yang berkata "Kita akan naik ke surga dan melayani ilah-ilah kita" berubah menjadi seperti kera dan gajah. Kelompok kedua yang berkata "kita akan memukul surga dengan anak panah" Yahweh membunuh mereka, setiap orang melalui tangan temannya. Kelompok ketiga yang berkata "kita akan naik ke surga dan berperang melawan Dia,"Yahweh mencerai-beraikan ke seluruh bumi.

Papua masuk kelompok mana? Saya yakin sekali termasuk kelompok ketiga karena secara logika sulit membayangkan zaman dahulu nenek moyang kita berjalan sampai berakhir di Papua, Andai saja orang Papua melakukan perjalanan panjang dari pusat Babel di Iraq sampai Papua, barangkali sisa-sisa suku Papua yang kecapean dan tidak mau melanjutkan perjalanan dapat kita temui di benua Asia yang besar ini. Bahkan suku-suku di Papua belum bercampur baur sejak lama, mereka hidup masing-masing suku, hanya sekali-kali saja ada aktivitas sosial seperti aktivitas barter atau perpindahan.

Cerita dari nenek moyang orang pegunungan Papua yang turun temurun adalah setiap suku marga memiliki tempat keramat yang dipercaya sebagai tempat suku atau marga tersebut keluar untuk pertama kalinya entah dari Goa atau batu besar.

Jika dikaitkan dengan cerita di kitab Jasher, barangkali, barangkali memang nenek moyang kita bermunculan dari tempat-tempat keramat yang dipercaya turun temurun itu. Tuhan dengan kuasanya mencerai-beraikan keturunan Ham ke seluruh dunia. Seperti kisah di film film tentang ilmu menghilang dan muncul tempat lain, demikianlah Tuhan mencerai-beraikan kita dengan cara yang sama.

Apalagi kita bisa melihat betapa Papua yang hanya satu pulau ini memiliki suku sampai 250 lebih, ditambah lagi dengan Papua New Guinea 850 suku bahasa berarti sudah total 1100 suku bahasa.

Sebagai orang beragama Abrahamik, tentu kita tidak meyakini evolusi sebagai sebuah kebenaran tetapi semata menjadi bagian dari ilmu pengetahuan sains. Kisah Babel yang terkenal adalah permulaan semua, semua bahasa bermula dari sini, walau berasal dari satu keluarga, apabila bahasanya berbeda, masing-masing membentuk sukunya. Barangkali banyak suku bangsa yang sudah punah atau bergabung dengan mayoritas, tetapi keragaman suku bangsa dunia yang ada sekarang ada bukti bahwa kita memiliki awal dan akar yang sama.

Adakah Kutukan?

Pertanyaan ini tentu dijawab oleh realitas. Kejahatan yang dilakukan nenek moyang kita tentu meninggalkan kutuk bagi keturunannya. Apakah kemiskinan, keterbelakangan, atau angka kematian yang tinggi adalah kutuk? Kutuk yang diturunkan nenek moyang kita karena telah melawan Tuhan dan membangun menara Babel.

Selama 4000-an tahun lebih sejak menara Babel sampai tahun-tahun hidup kita ini, berapa kejahatan yang sudah dilakukan nenek moyang kita, orang tua kita dan kita sendiri? Apakah kejahatan itu mendatangkan kutuk bagi generasi penerusnya sampai sekarang ini?

Kita sangat bersyukur bisa hidup di saat injil sudah masuk ke tanah Papua. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah adanya pelepasan kutuk-kutuk turunan demi Nama Yesus. Saya meyakini bahwa setiap orang Papua yang ingin maju, diberkati, hidup dalam sukacita dan cinta kasih, harus dilepaskan dari kutuk turunan dan berjalan dalam jalan yang benar. 

Tentu masing-masing manusia memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang Tuhan dan kutukan-Nya. Tetapi kutuk dan berkat itu memang ada dan turun-temurun, sehingga marilah kita pastikan diri dan keluarga masing-masing bahwasannya kita sudah merdeka dan terlepas dari segala kutuk.



Post a Comment

Previous Post Next Post