Pengertian
Saya
sangat tertarik dan mendalami Law of Attraction atau Hukum Tarik Menarik
semasa kuliah tahun 2014-an lalu. Sejak saat itu saya melihat kenyataan sebagai
ciptaan dari sang subjek kehidupan itu sendiri. Jika ada orang yang hidup dalam
depresi, maka kenyataan itu adalah buah dari pikiran, kepercayaan dan perasaan
dia sendiri. Dia sendirilah yang menarik kenyataan itu.
Adapun
hukum Tarik menarik itu seringkasnya menurut pengertian saya adalah hukum alam
semesta yang mengatakan bahwasannya apapun yang kita percayai dengan sepenuh
perasaan dalam jiwa kita akan berbuah menjadi jawaban kenyataan. Itulah mengapa kita harus terus menjaga pikiran
dan perasaan kita pada keadaan positif. Untuk pengertian lebih rincih kita bisa
membaca buku The Secret karya Rhona Bryne. Buku yang sangat direkomendasikan.
Papua,
Korban Kolonialismekah?
Negeri
kaya akan sumber daya alam, miskin sumber daya manusianya, bahkan secara
kuantitatif pun sangat rendah. Bagaimana Papua bisa dimajukan, bukan
infrastrukturnya, tetapi juga manusianya.
Negara-negara
yang dulunya maju tetapi setelah mengalami penjajahan atau kolonialisme, mereka
hancur dan kemudia setelah memperoleh kemerdekaan, mereka berusaha untuk
bangkit kembali. Ternyata kehancuran terburuk dari kolonialisme adalah
pikiran/mentalitas yang sudah runtuh. Lihat saja India yang konon negeri maju,
dengan kebudayaan yang kaya, dihancurkan oleh kolonialisme Ingris, kini mereka
berusaha bangkit Kembali.
Saya
tidak menyimpulkan bahwa Papua sedang dijajah Indonesia, tetapi buah yang
dihasilkan adalah sama dengan buah kolonialisme. Di media-media diberitakan
bahwa Papua adalah negeri miskin, orang-orangnya perlu dibangun, orang-orang
masih primitive, orang non Papua diangkat sebagai perwakilan orang Papua,
system dibentuk bahwa orang Papua tidak bisa dipercaya tugas-tugas primer
sehingga dalam hal Otsus sekalipun masih dikendalikan oleh Jakarta. Entah
sengaja atau tidak, hal-hal ini dijalankan untuk membunuh pikiran positif,
membunuh kepercayaan diri dan membunuh jiwa positif orang Papua.
Rhonda
Bryne penulis buku The Secret, dalam buku The Magic menyatakan
bahwa untuk membuat keajaiban hukum Tarik menarik, syukur adalah alatnya. Saya
menduga para otak-otak colonial memahami hukum ini sehingga mereka tidak takut
sama sekali dengan ajaran agama sekalipun, karena mereka tahu tetap mereka akan
selalu menjadi pemenang. Misalnya saja, Indonesia merdeka dari Belanda dan
merayakan kemerdekaan itu semeriah-meriahnya, tetapi apakah Belanda rugi dengan
merdekanya Indonesia? Tentu saja tidak, karena mereka sudah menikmati kekayaan
Indonesia selama 3,5 abad, kemudian kembalinya hak negeri Indonesia ke tangan
pribumi adalah memang hak pribumi yang dicuri, sehingga bagi negara colonial,
kemerdekaan negara yang dijajah adalah pengembalian milik saja. Tetapi dalam
dunia jiwa, mereka masihlah pemenang.
Setelah
merdeka, keadaan Indonesia membaik, lalu tahun 60-an Papua dianeksasi ke dalam
NKRI. Kemudian Papua terus masuk dalam peringkat provinsi tertingal di
Indonesia.
Ketika
perusahaan asing masuk Papua dengan surat izin dari Jakarta beroperasi mengeruk
bumi Papua, ketika non-Papua datang
berkuasa menduduki kursi-kursi legislative dan birokrasi, ketika ada
pelanggaran HAM, di situ Papua di buat tidak merasakan keadilan dan diskiminasi
disitulah orang Papua dibuat semakin sulit untuk mengucap syukur. Papua yang
seharusnya bersyukur akan Raja Ampat dan gunung emas Gressberg, harus berputus
asa karena semua itu dinikmati atau dicuri orang luar.
Ini
semua urusan politik ya, jadi saya akan membahas sesuai judul saja.
Intinya
adalah semakin hari orang Papua dibuat sulit untuk mengucap syukur. Memang bisa
saja orang Papua mengucap syukur akan pencapaian individu, tetapi ketika
berbicara Papua secara umum, sulit sekali. Mana mungkin orang Papua mengucap
syukur ketika 10 orang siswa ditembak mati di Paniai dan tak ada penyelesaian
hukumnya, atau ketika masih menjadi peringkat nomor tinggi termiskin dan angka
kematian masih tinggi.
Dalam
buku The Magic ditegaskan bahwa ketika ada ucapan syukur, ucapan syukur
itu akan menarik ucapan syukur yang lain, tetapi jika tidak, tentu sebaliknya,
dan apa yang terjadi di Papua adalah sebaliknya.
Jadi memang dalam kolonialisme, yang dijajah dibawa ke keadaan dirugikan dimana dia sulit mengucap syukur, yang dijajah keadaan memburuk tetapi yang menjajah hidup makmur karena yang menang dan bersyukur akan terus menang.
Non-Papua
Bersyukur Dan Maju Di Papua
Sementara
itu orang-orang pendatang datang ke Papua menganggap Papua sebagai land of
opportunity, banyak kesembatan dengan cepat mereka memakainya dan menjadi
sukses di tanah Papua. Mereka mereka mengucap syukur. Para imigran Jawa dengan
ucapan syukur bekerja keras mengelolah tanah dan membangun rumah, menyekolahkan
anak, dan beranak cucu, bahagia. Sementara orang Papua, ujung tombaknya para
generasi muda, mahasiswa dengan kesadaran politiknya tidak punya waktu untuk
mengucapkan syukur, mereka sibuk menuntut keadilan.
Ini
wajar-wajar saja, tetapi hukum alam tidak peduli dengan ketidakadilan itu. Bagi
hukum alam semesta, hukum tarik menarik bekerja tanpa pandang buluh, tanpa
peduli agama atau suku, barangsiapa memiliki syukur, hukum alam semesta bekerja
dan memberikan rasa syukur lainnya lagi, tetapi kepada yang tidak memiliki
syukur, yang tersisa sekalipun diambil dari padanya.
Dalam
perumpamaan tentang talenta dalam kita Matius 25:29,
Karena
setiap orang yang mempunyai kepadanya akan diberikan, sehingga ia
berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya
akan diambil dari padanya.
Ini
adalah kutipan perkataan Yesus, terdengar tidak adil tetapi itulah
kenyataannya. Buktinya apa? Apakah Belgia dan Jerman runtuh setelah membunuh
jutaan manusia? Tidak. Apakah Amerika runtuh setelah perbudakan dan
diskriminasi kulit hitam? Tidak. Kita memimpikan keadilan Tuhan, tetapi hukum
semesta yang ditetapkan Tuhan berjalan
tidak demikian, keadilan itu tidak seperti yang kita pikirkan. Maka kita
harus mengenali hukum semesta dan ikuti aturan mainnya.
Sebelum
menang, harus menang dahulu dalam jiwa.
Solusi,
The Magic!
Lalu
dengan keadaan Papua seperti ini bagaimana menghadapinya supaya kita bisa menang?
Untuk
mengucap syukur tentu kita harus mengarahkan pikiran dan perasaan kita kepada
hal-hal yang positif. Mari kita menuliskan dan memfokuskan diri pada
berkat-berkat atau hal-hal positif di atas tanah Papua ini. Jika media
cenderung memberitakan kabar negatif, matikan media. Kita bisa fokus pada
informasi-informasi yang positif, misalnya kita diberikan tanah yang subur,
atau karena di Papua diberikan kelimpahan.
Pikirkan
hal positif tentang Papua maupun Indonesia, rasakan syukur. Bersyukur terlahir
sebagai orang Papua pemilik negeri yang diberkati Tuhan. Kemudian dengan ucapan
syukur bekerjalah sesuai peranan kita masing-masing di Papua seperti bekerja
untuk Tuhan.
Kita
memiliki pengharapan bahwa terang itu akan bersinar terang di atas Papua.
Untuk
memahami kekuatan hukum tarik menarik dan kuasa syukur, kita bisa mendownload
buku The Magic di sini dan buku The Secret di sini.
