PELAJARAN NABI MUSA TERKAIT KEPUTUSAN JAKARTA YANG SEMENA-MENA TERHADAP PAPUA

Forum Senior Papua Bersama Elemen Generasi Milenial (Rolando Fransiscus Sihombing/detikcom)

Fredi Numberi, M.Manufandu, Yoris Raweyai, Lenis Kogoya, Yembise, juga Pemerintah dan anggota dewan asal Papua adalah putra/putri terbaik asal tanah Papua yang bisa digolongkan sebagai orang Papua pro NKRI. Andai dilakukan referendum, Mahfud MD menjamin bahwa bersama tokoh-tokoh tersebut dan masyarakat Papua lainnya akan memenangkan pihak pro RI dengan kemenangan suara 92%.  Sebuah kemengan mutlak.

Pada tahun 2019 melonjaklah isu rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, ribuan orang Papua turun demonstrasi menolak rasisme, bahkan di depan istana negara Jakarta dan gedung negara di Jayapura dikibarkan bendera bintang kejora. Jika kita melihat di foto atau video-video demonstrasi yang dengan mudah bisa didapatkan di internet, kita bisa memperkirakan ada ribuan orang Papua di sana. Apakah mereka masuk kategori 92%-nya Mahfud MD? Apakah angka 92% didapat setelah peristiwa rasisme 2019? Kita beranggapan bahwa sebelum isu rasisme beredar, persentase pro RI adalah 99% tetapi setelah isu rasisme, turun menjadi 92%. Kira-kira itulah kemungkinan terbesarnya yang ada dalam logika prof Mahfud.

Kita sebagai penganut agama Abrahamik seperti Kristen, Islam dan Khatolik tentu mengetahui kisah nabi Musa. Musa adalah perwakilan sebuah kisah pembebasan sebuah bangsa yang dijajah, kisah perlawanan, kisah penghianatan, dan kisah keterlibatan Tuhan yang maha esa dalam setiap perkara, bahkan politik sekalipun. 
Singkatnya, Musa adalah anak dari keluarga Lewi dari bangsa Israel, yang mana saat itu Firaun memerintahkan untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru dilahirkan. Berikut langsung saja kita baca kutipan dari kitab Keluaran

Keluaran 1:16 (TB)  "Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup."

Keluaran 2:1-12 (TB)
1 Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi; 
2 lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya. 
3 Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan tér, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; 
4 kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia. 
5 Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. 
6 Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani."
7 Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?"
8 Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu. 
9 Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya.
10 Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air." 
11 Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. 
12 Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.

Dalam kisah Nabi Musa kita melihat kisah penghianatan, Musa berkianat terhadap Mesir. Musa sudah diselamatkan dan dibesarkan oleh istana kerajaan Mesir. Musa mendapat hak dan posisi yang sangat aman, dia memiliki masa depan yang cerah di negeri Mesir. Tetapi kemudian ketika didapatinya bangsa sedarahnya di aniaya kaum yang membesarkannya, hatinya sudah tidak tahan lagi, akhirnya dibunuhlah orang Mesir itu.

Ternyata kuat sekali ikatan darah itu, bahkan kemegahan istana dikorban Musa demi membela orang sebangsa yang padahal sama sekali tidak dikenalnya pula.
Ketika nama-nama besar asli berdarah Papua bermunculan dan dipelihara istana Jakarta, jangan melukai hati mereka dengan memperlakukan saudara sedarah mereka secara semenah-mena. Bagaimana pun juga identitas kebangsaan hitam kulit keriting rambut bisa berbicara kuat memangil anak-anak istana untuk berpaling membelah kaum mereka yang ditindas oleh bangsa yang membesarkan nama mereka. 

Ketika daftar korban kasus pelanggaran HAM di tanah Papua diangkap sampah, orang Papua dipanggil Monyet, sekarang OPM dan pendukungnya disebut teroris, angka 92% yang disebut Mahfud akan turun perlahan-lahan. Lama-kelamaan orang-orang binaan Jakarta akan berpaling membela kaum/bangsa yang sedarah, setanah air dengan mereka. Kita tentu masih ingat kejadian bulan lalu, dimana salah satu anggota TNI asal Papua yang berpaling lalu menjadi anggota TPNPB OPM. 

Jakarta dengarkanlah masukan dari orang-orang asli Papua yang sudah makan minum dari lumpung istana. Terbaru terkait keputusan Menkopolhukam menetapkan OPM sebagai organisasi teroris ditentang dan dimintain pertimbangan oleh orang-orang yang kita tahu rekam jejaknya adalah kategori 92% Mahfud. Dikutip dari Detik.com, Freddy Numberi  dan Lenis Kogoya minta status KKB Papua dikaji ulang(4/5). 

Tugas Jakarta bukan cuman mengurangi pro Papua merdeka dengan pendekatan damai atau pendekatan militer, tetapi juga mempertahankan cinta negara RI di hati para Musa-Musa yang sedang menikmati nikmatnya menjadi putra angkat Istana. Jangan bersifat arogansi dan semena-mena, jangan mau menang sendiri, jangan sedikit-sedikit jika ada orang Papua ataupun non-Papua yang membela hak-hak orang asli Papua, langsung dibully sebagai peghianat dan mengecamnya, ingatlah bahwa orang Papua juga manusia, manusia tidak bisa dipaksakan cintanya dengan ancaman, biarlah cinta itu alamiah.

Post a Comment

Previous Post Next Post