“Hitam kulit keriting rambut, aku Papua”
Atau
“Hitam putih keriting lurus, Aku Papua”
Mana yang benar?
Dalam promosi kesatuan, beberapa musisi menyanyikan “Hitam
putih keriting lurus, Aku Papua”, yang artinya siapa saja dapat mengklaim diri
sebagai “orang Papua”. Nama Papua sendiri mengacu pada nama daerah provinsi
paling timur Indonesia. Siapa saja yang lahir besar di Papua dapat disebut
sebagai orang Papua, demikian Bahasa yang sering diserukan oleh promotor
kesatuan Indonesia itu.
Namun, klaim tersebut mengalami penurunan makna jika kita
melihat dari segi kebudayaan dan sosiologi. Kebudayaan datang dari masyarakat
berkembang tidaknya juga oleh masyarakat. Soekanto (1993: 162) juga
menambahkan, kebudayaan merupakan bagian dari lingkungan yang diciptakan oleh
manusia. Identitas Papua sebagai budaya, sebagai suku bangsa tentu harus
diakui.
Koentjaraningrat berpendapat, Suku bangsa adalah sekelompok
manusia yang memiliki kesatuan dalam budaya dan terikat oleh kesadarannya akan
identitasnya tersebut. Kesadaran dan identitas yang di miliki biasanya di
perkuat dengan kesatuan bahasa.
Menutur Frederich Barth Pengertian suku adalah berupa
himpunan manusia karena adanya kesamaan res, agama, asal-usul bangsa ataupun
merupakan kombinasi dari kategori yang masuk terikat pada sistem nilai budaya.
Di Papua ada lebih dari 200 suku, tetapi dalam pandangan
umum masyarakat Indonesia, semua manusia yang berasal dari pulau Irian itu
disebut sebagai orang Papua, ciri fisik mereka ada hitam kulit dan keriting
rambut. Tetapi di Papua sendiri, masyarakat menyadari perbedaan suku dan Bahasa
yang sangat beragam, namun mereka menyetujui satu identitas bersama , “orang
Papua”.
Suku Dani, Biak,
Moni, Mee dll semua mengakui diri sebagai orang Papua.
Tetapi banjir imigran di Papua yang jumlahnya melebihi “orang
Papua” telah secara perlahan-lahan mengubah makna awal Papua sebagai kesatuan
budaya menjadi Papua sebagai identitas penghuni pulau. Hal ini wajar terjadi
jika Papua dipandang sebagai sebuah negara, tetapi sebagai suatu provinsi
dengan adat, ras dan kebudayaan yang sangat berbeda dengan suku bangsa di
provinsi lain di Indonesia, pemaknaan ini termasuk dangkal sehingga masih
perluh didiskusikan.
Hal yang sama tidak akan terjadi pada orang Papua, misalnya
si Jakob dari Asmat pindah ke Surabaya dan tinggal disana selama 50 tahun.
Setelah 50 tahun itu pun, semua orang tidak akan menyebut Jakob sebagai orang Jawa.
Jawa adalah identitas kebudayaan, demikian pula Papua.
Sebagai solusi akhir, sebutan untuk imigran+orang Papua perlu
dibuat istilah tersendiri, tinggalkanlah idetitas “orang Papua” untuk orang
Papua asli. Memang perbedaan kita sebagai warga negara banyak, tetapi komitmen kesatuan sanggup pempertahankan kebersamaan dalam kebhinekaan.
