Oleh : Mansar Biak Barat
Suasana Caffe Kotiba
Saya akan menceritakan sedikit tentang foto ini, tanggal 5 April 2021, Pukul 22.00-02.00 malam waktu Manokwari, seperti biasanya saya dan para kawan serta senior, sering seruput kopi sambil berdiskusi.
Awalnya beberapa topik diskusi ringan, mulai dari tempat tumbuh kopi, cara menanam, merawat, memanen, mengolah hasil panen, hingga kopi bisa tersaji di dalam gelas siap minum.
Kali ini kopi bubuk Tangma, dari pegunungan tengah Papua, yang di sajikan oleh Vikcy sang barista di Kotiba Cafe, seorang lelaki asal Biak yang setia membarista di Coffee Shop ini, dengan racikan spesial tangannya memaksakan diskusi kami saat itu terfokus pada kopi, baik dari aroma hingga ke rasa kopi yang di saduh olehnya.
Sungguh, kopi yang sangat nikmat, beberapa argumen mulai muncul setelah menyeruput kopi tersebut, namun tak hengkang dari rasanya yang nikmat.
"Kopi ini nikmat karena tumbuhnya di tempat yang subur" ungkapan dari seorang sahabat.
"Kopi itu tumbuhan paling jujur, karena apa yang ia makan, itulah yang ia keluarkan" pernyataan sahabat yang lain, dengan sedikit penjelasan tentang anatomi hingga tempat tumbuh kopi, maklum sebagian dari kelompok diskusi malam itu, adalah orang kehutahan.
Saya memilih diam, dengan sedikit senyuman membuat argumen kecil dalam hati, biar tidak di cecah oleh sahabat lain, " kitong pu kopi Papua Enak, karena Tumbuh di Atas Emas"
Perbincangan kami terhenti sejenak seketika, saat beberapa pengunjung lain, berpamitan, seraya akan meninggalkan Kotiba Cafe mendahului kami.
Selang beberapa waktu, setelah mereka pergi, tampak dari kejauhan lampu mobil mengarah ke arah kami, mobil Ford bewarna hitam, pun sampai dan berhenti di Parkiran, ternyata itu adalah Kakak Beni Sawor, yang akrap kami sapa dengan panggilan abang Bensa.
"selamat malam abang" sambut kami
''Yo, malam" balas abang Bensa, sambil melangkahkan kaki ke arah kami.
Setelah ia duduk, abang Desca langsung mematik diskusi kami dengan keberadaan MCM [Manokwari City Mall] yang beberapa hari lalu baru saja di Open di Manokwari, saat ini lagi trending di Medsos bahkan dimeja-meja diskusi, karena tampilannya yang mega berhasil mencuri sebagian perhatian warga kota Manokwari saat ini.
Namun tak seperti yang lain, kami coba menfokuskan pandangan kami ke arah yang berbeda, mulai dari lahan parkir, kemacetan hingga tenaga kerja yang ada disana, MCM.
Setelah beberapa perdebatan kecil, akhirnya kami bersepakat akan coba untuk melihatnya langsung esok hari.
Dari MCM, topik kami berlari lagi ke Mansel dimana diskusi saat itu di dominasi oleh Vocalnya abang Bensa, ia mengisahkan tahun 1940 Japan, mengekspasikan tumbuhan karet ke Manokwari selatan untuk di budidayakan, bahkan hingga membahasan tentang keberadaan Kupu-kupu sayap burung [Ornithoptera] di Arfak yang terancam punah, hingga nama kupu-kupu itu yang di yakini olehnya " abang Bensa" bahwasannya adalah berasal dari nama seorang penguasa Dunia, Rothchild.
Hal yang memaksakan saya memanggil kembali beberapa referensi yang pernah saya curi dari bacaan serta menyembunyikannya dalam lingkar kepala menginai tokoh tersebut, mulai sejak abad ke 4, hingga kerajaan Khazaria yang terletak di Turki pada tahun 500 masehi mereka terusir dari Daerah mereka di selatan turki, akibat dari kebiasaan buruk mereka, yang tidak mengindahkan kesepakat para raja. Hingga mereka terbagi sebagian pergi ke arah barat menuju Rumania dan ke Hungaria menjadi kaum Gypsy, serta yang lainnya mengikuti Chagannya (Raja) menuju ke Pegunungan Kaukus, Rumania, namun disana posisi mereka tepat berada di antara Kelompok Kristen Orthodox di timur dan kelompok Islam di daerah selatan. Hal ini membuat mereka memilih agama bukan berdasarkan keimanan mereka tapi lebih di pengaruhi oleh kekuatan politik, hingga agama lebih terlihat sebagai topeng [Kedok], inilah awal mula dimana Agama Yahudi lebih mengidolakan Lucifer. Kebiasaan mereka ini membuat, mereka lebih cepat berbaur ke daerah lain bahkan hingga mengontrol mereka, mulai dari Spayol, Portugal hingga Italia sisilia pun masuk di daftar negara yang di atur oleh mereka.
Disana selain berbaur, mereka juga membangun konspirasi kekuasaan, serta mengusung salah satu dari kelompok mereka untuk menduduki kekuasaan, setelah itu berhasil mereka lebih mengencangkan kospirasi kekuasaan, sehingga hampir semua jabatan penting, pengambil kebijakan di hendel oleh mereka.
Hingga akhirnya mereka menguasi pemerintah, dibeberap daerah bahkan, hampir seantero Eropapun dapat mereka taklukan.
Mayer Amschel Bauerberg, ia memutuskan untuk terlibat dalam pergerakan tersebut, bahkan karena penampilan dan leadership yang baik dalam dirinya, adalah sebuah loncatan bagi dia, hal ini membuat Ia sangat diperhitungkan dalam kelompok itu, bahkan beberapa keputusan besar dalam kelompok mereka, tidak luput dari Idenya.
Mayer muda kala itu, akhirnya memutuskan untuk menggunakan Nama, Rothschild dengan simbol bintang merah besar, yang sering di pajang, di depan bengkel milik ayahnya, Rothschild sendiri memiliki arti Perisai Merah.
Namun setelah saya, membongkar semua base data yang ada dalam lingkar kepala ini, ternyata saya tidak menemukan tentang nama kupu-kupu sayap burung yang di utarakan oleh abang Bensa.
Ah, topik yang benar-benar menguras otak saya.
Setelah menguras isi kepala ini, akhirnya saya bisa sedikit mengendalikan diskusi ini, setelah kami mulai membahas tentang keberadaan Manokwari City Mall.
Ah, diskusi yang indah dengan sedikit memksa otak bekerja lebih keras, akhirnya kami menghasilkan beberapa kesepakatan, yaitu melihat dampak positif bagi warga kota Manokwari terkhusus di daerah sekitar bangunan Mega tersebut.
Sunggu mati, kopi ini memang sangat spesial serta berhasil mengantarkan kami hampir mengelilingi dunia, bahkan bermain pada sejarah Dunia dan kelompok pengandali isi Dunia ini, bahkan mungkin juga kita.
Saya akan menceritakan sedikit tentang foto ini, tanggal 5 April 2021, Pukul 22.00-02.00 malam waktu Manokwari, seperti biasanya saya dan para kawan serta senior, sering seruput kopi sambil berdiskusi.
Awalnya beberapa topik diskusi ringan, mulai dari tempat tumbuh kopi, cara menanam, merawat, memanen, mengolah hasil panen, hingga kopi bisa tersaji di dalam gelas siap minum.
Kali ini kopi bubuk Tangma, dari pegunungan tengah Papua, yang di sajikan oleh Vikcy sang barista di Kotiba Cafe, seorang lelaki asal Biak yang setia membarista di Coffee Shop ini, dengan racikan spesial tangannya memaksakan diskusi kami saat itu terfokus pada kopi, baik dari aroma hingga ke rasa kopi yang di saduh olehnya.
Sungguh, kopi yang sangat nikmat, beberapa argumen mulai muncul setelah menyeruput kopi tersebut, namun tak hengkang dari rasanya yang nikmat.
"Kopi ini nikmat karena tumbuhnya di tempat yang subur" ungkapan dari seorang sahabat.
"Kopi itu tumbuhan paling jujur, karena apa yang ia makan, itulah yang ia keluarkan" pernyataan sahabat yang lain, dengan sedikit penjelasan tentang anatomi hingga tempat tumbuh kopi, maklum sebagian dari kelompok diskusi malam itu, adalah orang kehutahan.
Saya memilih diam, dengan sedikit senyuman membuat argumen kecil dalam hati, biar tidak di cecah oleh sahabat lain, " kitong pu kopi Papua Enak, karena Tumbuh di Atas Emas"
Perbincangan kami terhenti sejenak seketika, saat beberapa pengunjung lain, berpamitan, seraya akan meninggalkan Kotiba Cafe mendahului kami.
Selang beberapa waktu, setelah mereka pergi, tampak dari kejauhan lampu mobil mengarah ke arah kami, mobil Ford bewarna hitam, pun sampai dan berhenti di Parkiran, ternyata itu adalah Kakak Beni Sawor, yang akrap kami sapa dengan panggilan abang Bensa.
"selamat malam abang" sambut kami
''Yo, malam" balas abang Bensa, sambil melangkahkan kaki ke arah kami.
Setelah ia duduk, abang Desca langsung mematik diskusi kami dengan keberadaan MCM [Manokwari City Mall] yang beberapa hari lalu baru saja di Open di Manokwari, saat ini lagi trending di Medsos bahkan dimeja-meja diskusi, karena tampilannya yang mega berhasil mencuri sebagian perhatian warga kota Manokwari saat ini.
Namun tak seperti yang lain, kami coba menfokuskan pandangan kami ke arah yang berbeda, mulai dari lahan parkir, kemacetan hingga tenaga kerja yang ada disana, MCM.
Setelah beberapa perdebatan kecil, akhirnya kami bersepakat akan coba untuk melihatnya langsung esok hari.
Dari MCM, topik kami berlari lagi ke Mansel dimana diskusi saat itu di dominasi oleh Vocalnya abang Bensa, ia mengisahkan tahun 1940 Japan, mengekspasikan tumbuhan karet ke Manokwari selatan untuk di budidayakan, bahkan hingga membahasan tentang keberadaan Kupu-kupu sayap burung [Ornithoptera] di Arfak yang terancam punah, hingga nama kupu-kupu itu yang di yakini olehnya " abang Bensa" bahwasannya adalah berasal dari nama seorang penguasa Dunia, Rothchild.
Hal yang memaksakan saya memanggil kembali beberapa referensi yang pernah saya curi dari bacaan serta menyembunyikannya dalam lingkar kepala menginai tokoh tersebut, mulai sejak abad ke 4, hingga kerajaan Khazaria yang terletak di Turki pada tahun 500 masehi mereka terusir dari Daerah mereka di selatan turki, akibat dari kebiasaan buruk mereka, yang tidak mengindahkan kesepakat para raja. Hingga mereka terbagi sebagian pergi ke arah barat menuju Rumania dan ke Hungaria menjadi kaum Gypsy, serta yang lainnya mengikuti Chagannya (Raja) menuju ke Pegunungan Kaukus, Rumania, namun disana posisi mereka tepat berada di antara Kelompok Kristen Orthodox di timur dan kelompok Islam di daerah selatan. Hal ini membuat mereka memilih agama bukan berdasarkan keimanan mereka tapi lebih di pengaruhi oleh kekuatan politik, hingga agama lebih terlihat sebagai topeng [Kedok], inilah awal mula dimana Agama Yahudi lebih mengidolakan Lucifer. Kebiasaan mereka ini membuat, mereka lebih cepat berbaur ke daerah lain bahkan hingga mengontrol mereka, mulai dari Spayol, Portugal hingga Italia sisilia pun masuk di daftar negara yang di atur oleh mereka.
Disana selain berbaur, mereka juga membangun konspirasi kekuasaan, serta mengusung salah satu dari kelompok mereka untuk menduduki kekuasaan, setelah itu berhasil mereka lebih mengencangkan kospirasi kekuasaan, sehingga hampir semua jabatan penting, pengambil kebijakan di hendel oleh mereka.
Hingga akhirnya mereka menguasi pemerintah, dibeberap daerah bahkan, hampir seantero Eropapun dapat mereka taklukan.
Mayer Amschel Bauerberg, ia memutuskan untuk terlibat dalam pergerakan tersebut, bahkan karena penampilan dan leadership yang baik dalam dirinya, adalah sebuah loncatan bagi dia, hal ini membuat Ia sangat diperhitungkan dalam kelompok itu, bahkan beberapa keputusan besar dalam kelompok mereka, tidak luput dari Idenya.
Mayer muda kala itu, akhirnya memutuskan untuk menggunakan Nama, Rothschild dengan simbol bintang merah besar, yang sering di pajang, di depan bengkel milik ayahnya, Rothschild sendiri memiliki arti Perisai Merah.
Namun setelah saya, membongkar semua base data yang ada dalam lingkar kepala ini, ternyata saya tidak menemukan tentang nama kupu-kupu sayap burung yang di utarakan oleh abang Bensa.
Ah, topik yang benar-benar menguras otak saya.
Setelah menguras isi kepala ini, akhirnya saya bisa sedikit mengendalikan diskusi ini, setelah kami mulai membahas tentang keberadaan Manokwari City Mall.
Ah, diskusi yang indah dengan sedikit memksa otak bekerja lebih keras, akhirnya kami menghasilkan beberapa kesepakatan, yaitu melihat dampak positif bagi warga kota Manokwari terkhusus di daerah sekitar bangunan Mega tersebut.
Sunggu mati, kopi ini memang sangat spesial serta berhasil mengantarkan kami hampir mengelilingi dunia, bahkan bermain pada sejarah Dunia dan kelompok pengandali isi Dunia ini, bahkan mungkin juga kita.
#Mansar_Biak_Barat